Perilaku Bohong Presiden Trump Diungkap, 10 Bulan Pertama Jadi Presiden Lakukan 103 kali Kebohongan

Menarik membaca tulisan seorang jurnalis sekaligus kolumnis Amerika, David Leonhardt, yang mengungkapkan hasil menelitiannya tentang kebohongan Presiden Donald Trump. Ia mencatat bahwa dalam 10 bulan pertama setelah Trump dilantik menjadi Presiden, Trump telah melakukan 103 kali kebohongan yang berbeda. Jumlah ini akan menjadi lebih banyak lagi jika dihitung pula perulangan untuk kebohongan yang sama. Sementara, untuk Barack Obama tercatat melakukan 18 kali kebohongan selama delapan tahun menjabat sebagai Presiden. Jika dirata-ratakan, Obama melakukan kebohongan sekitar dua kali per tahunnya, sedangkan Trump melakukan kebohongan sekitar 124 kali per tahunnya.

Tulisan pertama terkait kebohongan Trump dipublikasikan oleh David Leonhardt pada akhir Juni 2017 dengan judul Trump’s Lies.  Sementara publikasi kedua dilakukan pada 14 Desember 2017 dengan membandingkan kebohongan yang dilakukan Trump dengan kebohongan yang dilakukan Obama dengan judul tulisan Trump’s Lies vs Obama’s.

Dalam melakukan penghitungan jumlah kebohongan, Leonhardt tidak memasukkan sebuah pernyataan yang bisa dibenarkan meskipun banyak orang yang tidak setuju dengan interpretasi presiden. Leonhardt juga tidak memasukkan dalam daftar kebohongan jika itu termasuk kesalahan kuantitatif sederhana, seperti ketidaktepatan Trump yang sering terjadi dengan angka. Hanya kebohongan yang berat dan tampak nyata disengaja yang akan dimasukkan ke dalam daftar kebohongan dalam penelitiannya.

Leonhardt mendapati bahwa perilaku presiden Amerika terdahulu jika ketahuan mengatakan sesuatu yang tidak benar, seperti Obama dan Bush, mereka akan berhenti melakukannya. Misalnya, Obama tidak terus mengklaim bahwa semua orang Amerika akan dapat mempertahankan asuransi kesehatan mereka yang ada di bawah Obamacare, dan sedangkan Bush mengubah cara dia berbicara tentang kemampuan senjata Irak. Trump berbeda. Ketika ia ketahuan berbohong, dia sering mencoba mendiskreditkan seseorang yang mengingatkan kebohongannya, entah ia seorang hakim, ilmuwan, pejabat FBI atau CIA, wartawan atau pun anggota Kongres. Trump mencoba membuat kebenaran tidak relevan. Menurut Leonhardt, hal ini sangat merusak demokrasi, dan ini bukan sebuah kebetulan yang tidak disengaja. Ini adalah inti strategi politiknya. Sedangkan untuk Obama, kebohongannya cenderung menjadi upaya untuk membuat kebijakannya terlihat lebih baik atau melebih-lebihkan masalah yang sedang dia coba selesaikan.

Ketidakjujuran Trump misalnya diungkapkan oleh James Comey, mantan Direktur FBI. Trump memecat Comey saat Comey memimpin investigasi kaitan antara kampanye Trump denganRusia. Menurut Comey, Trump memilih untuk mencemarkan nama baiknya dengan mengatakan bahwa lembaga FBI dipimpin dengan buruk olehnya. “Itu semua dusta,” kata Comey. Lebih lengkap tentang kebohongan-kebohongan Presiden Trump bisa dibaca dalam dua artikel Leonhardt di atas, diberikan rincian kebohongan-kebohongan Trump secara detil lengkap dengan tanggal kejadiannya.

Akibat perilakunya tersebut, Trump harus membayar mahal. Di mana sebuah jajak pendapat baru mengungkapkan bahwa hampir 60 persen rakyat Amerika mengatakan bahwa Presiden Trump tidak jujur.

Berkaitan dengan perilaku bohong ini, Allah SWT mengingatkan bahwa Dia tidak akan memberinya petunjuk.

“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS. Ghafir [40]: 28).

Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kelaliman, dan kelaliman itu akan menghantarkan ke arah neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong.” (HR Bukhari dan Muslim)

Jika merujuk kepada Firman Allah dan sabda Rasulullah di atas maka tidak mengherankan jika seseorang Presiden Trump yang dinilai oleh rakyatnya sendiri sebagai seorang yang tidak jujur baru-baru saja membuat keputusan yang membawa kepada kelaliman, kekerasan dan bahkan pertumpahan darah. Keputusan yang mana lagi selain keputusan untuk mengakui Kota Yerusalem sebagai ibukota Israel dan akan memindahkan kedutaan besarnya ke kota yang secara nyata milik Palestina ini. Akibat keputusan ini, sampai dengan saat tulisan ini dibuat, sudah puluhan warga Palestina meninggal, ratusan luka-luka, dan ratusan lainnya ditahan. Drone-drone dan F16 Israel terus meraung-raung di langit Gaza untuk terus memuntahkan rudal untuk membungkam warga Gaza agar menerima keputusan zhalim presiden Amerika tersebut.

Sahabat, bohong adalah suatu penyakit yang bisa menghinggapi siapa saja. Ia menjadi penyebab utama dari berbagai bentuk keburukan di masyarakat. Suatu bangsa takkan meraih kemajuan jika kebohongan sudah menjadi perilaku individu-individunya.

Perbuatan bohong akan menimbulkan hilangnya kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya, timbulnya rasa saling curiga, saling membenci dan bahkan saling bermusuhan. Persahabatan akan menjadi renggang atau bahkan terputus karena perilaku ini. Seorang saksi yang berbohong akan menyebabkan seorang hakim menjatuhkan hukuman berat kepada seseorang yang tidak melakukannya. Berkaitan dengan besarnya bahayanya berbohong ini, Islam melarangnya. Dan kepada orang yang suka berbohong, Allah mengkategorikannya ke dalam kelompok orang-orang tidak beriman. Allah berfirman:

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, daan merekaa itulah pembohong.” (QS An-Nahl: 105)

Semoga Allah menjaga kita dari perilaku yang demikian. Aamiin.

Jayapura, 15 Desember 2017

0 Response to "Perilaku Bohong Presiden Trump Diungkap, 10 Bulan Pertama Jadi Presiden Lakukan 103 kali Kebohongan"

Post a Comment