Dari penjuru
Nusantara, kami datang. Dari Aceh hingga Papua, kami hadir. Dengan satu
semangat yang sama agar gelaran paling akbar di Asia ini terus menggelora.
Menjadi cerita terindah hingga ke anak cucu. Bahwa bangsa ini pernah menjadi
energi bagi Asia.
Tak
ada aral rintangan yang tak dapat dilalui. Tak ada hambatan nan menghadang yang
tak dapat dilepaskan. Tak ada batu sandungan yang tak dapat disingkirkan.
Barangkali kalimat-kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan bagaimana
perjuangan para peserta Writingthon Asian Games 2018 untuk menaklukkan berbagai
kendala yang dihadapi demi satu tujuan yang sama: agar energi Asia itu menyebar
bukan hanya ke pelosok Nusantara namun kalau bisa hingga ke penjuru dunia.
Untuk
bisa menyebarkan aura positif gelaran Asian Games 2018 itu, para peserta
Writingthon yang datang dari penjuru negeri ini pun membawa ceritanya masing-masing.
Seperti yang dialami oleh Fathul Khair Tabri, mahasiswa tingkat akhir dari Sulawesi
Selatan ini. Ia yang seharusnya dijadwalkan yudisium dari fakultasnya pada hari
Kamis (16/8/2018), setelah melalui berbagai perjuangan, akhirnya disetujui dimajukan
ke hari Selasa (14/8/2018). Sebab, jika yudisium itu tetap dihelat pada rencana
semula, dipastikan ia takkan bisa hadir dalam karantina Writingthon Asian Games
2018 yang dimulai pada sehari dari jadwal yudisiumnya.
Permohonannya
untuk memajukan yudisium disetujui dengan syarat ia sudah harus menyerahkan
tugas akhirnya dalam bentuk terjilid rapi sebelum keberangkatannya ke Jakarta. Artinya,
ia hanya memiliki waktu sehari untuk bisa memenuhi syarat itu. Demi
Writingthon, ia pun mengebut pekerjaannya. Dan, benar saja, tengah malam itu,
usahanya tiada sia-sia, sejumlah tugas akhir telah terjilid rapi. Pagi-pagi
sekali di keesokkan harinya, ia pun melaju menuju kampusnya untuk mendapatkan
tanda tangan pengesahan dari para dosen pembimbing dan pengujinya dalam kondisi
siap untuk berangkat menuju bandara.
Lain
lagi ceritanya dengan Gabriela Eliana, siswa kelas XII IPA di salah satu SMA di
Manado, Sulawesi Utara ini. Ia yang selama ini terbiasa ikut lomba menulis
dalam bahasa Inggris, demi bisa menyebarkan “Energi of Asia” ini pun rela melatih diri untuk menghasilkan tulisan
terbaiknya dalam bahasa Indonesia. Ia harus beberapa kali menyunting tulisannya
agar dianggap layak oleh dewan juri. Dan, benar saja, tulisannya pun akhirnya
masuk menjadi salah satu yang akan diterbitkan bersama dengan 68 tulisan
lainnya dari para pelajar dan blogger se-Indonesia.
Begitu
juga dengan Nunik Utami. Ia yang adalah seorang penulis profesional yang telah
menerbitkan 19 buku ini pun harus siap mengorbankan berbagai proyek penulisan
atau penyuntingan buku, demi menyebarkan aura positif perhelatan olahraga
terakbar di Asia itu. Ia bahkan harus menolak sejumlah undangan menjadi
pembicara agar dapat hadir dalam masa karantina yang berlangsung hingga hingga
Ahad (19/8/2018) dan akan menyebarkan semangat itu dari lokasi karantina.
Sementara,
aku sendiri yang baru mendapatkan informasi lomba pada sehari menjelang
pendaftaran ditutup, tak mau ketinggalan untuk menyebarkan semangat itu dari
ujung timur Indonesia. Berpacu dengan waktu, sejak pagi hari itu, aku pun mulai
mengumpulkan berbagai informasi terkait dengan Asian Games. Jalan terbaik untuk
mendapatkan informasi yang cukup lengkap adalah dengan berselancar di dunia
maya memanfaatkan mesin pencari. Itu semua kulakukan di tengah kesibukkanku di
sekolah sebagai seorang guru dengan memanfaatkan jam-jam kosong alias saat
tidak mengajar. Dari informasi yang terkumpul ini, aku pun mulai membuat draf
kasar berupa pokok-pokok pikiran untuk kemudian dikembangkan menjadi tulisan. Menjelang
tengah malam tulisan itu pun baru selesai. Setelah mengalami pengeditan dan
perbaikan di sana-sini, tulisan itu pun siap dipublikasi menjelang dini hari di
hari terakhir pengiriman naskah.
Semua
itu kami lakukan demi satu tujuan yang sama: agar energi yang besar ini dapat
terpancar ke seluruh pelosok negeri sebelum kemudian memancar ke penjuru Asia
dan bahkan ke penjuru dunia. Kami melakukan itu semua agar energi Asian Games
2018 ini terus menjadi kisah terindah yang akan sampai ke anak cucu.
Itulah
hal kecil yang mampu kami lakukan melalui #writingthonasiangames untuk
#dukungbersama #asiangames2018
Jakarta, 16 Agustus
2018
NB:
Kegiatan
karantina Writingthon Asian Games 2018 digelar di Jakarta dari tanggal 15 hingga
19 Agustus 2018.
Dalam
kegiatan ini, para peserta yang merupakan finalis lomba menulis dari 34
provinsi akan mengikuti sejumlah rangkaian kegiatan seperti:
bertemu
dengan Ambasador Asian Games 2018 Susi Susanti,
Gala
Dinner bersama Menteri Komunikasi dan Informatika Bapak Rudiantara,
mengikuti
tantangan (challenge) menulis individu dan kelompok,
serta
menghadiri semarak Ceremonial Pembukaan Asian Games 2018 di Stadion
Utama Gelora Bung Karno yang juga dihadiri oleh atlet dan official dari 45
negara Asia.
![]() |
Bendera negara-negara peserta Asian Games 2018 di Bandara Soekarno Hatta |
![]() |
Hotel Millennium tempat kami dikarantina hari pertama dan kedua |
![]() |
Hotel Millennium tempat kami dikarantina di hari pertama dan kedua. |
![]() |
Aku diapit oleh Ahmad Mustaqim dari Lampung (kiri) dan Lalu Alfian Rifa'i (NTB) |
0 Response to "Writingthon, Inilah Cara Kami Ikut Sebarkan Energi Asia"
Post a Comment