Oleh: Sunardi (Papua), Damar Nur Aisah (Jakarta), Vira Nadya (Sumbar) dan Muhammad Haikal Razi (Aceh)
Indonesia
mempunyai target yang tidak main-main, menjadi peringkat sepuluh besar dalam
hajatan terakbar bangsa-bangsa se-Asia. Target itu tentu sangat besar mengingat
pada gelaran Asian Games sebelumnya di Incheon 2014, Indonesia berada pada
ke-17. Di Incheon ini, Indonesia justru turun dua peringkat jika dibandingkan
dengan raihan di Ghuang Zhou 2010. Namun,
dengan usaha keras berupa pelatnas dan latih tanding di sejumlah even sebelum
Asian Games ini menjadikan kita optimis, raihan itu akan kita capai.
Dukungan
optimisme atas cita-cita besar ini harus digelorakan oleh seluruh elemen anak
bangsa tanpa terkecuali. Dan, ketika laga telah siap dipertandingkan, dukungan
yang sangat dipentingkan ialah dukungan moral, semangat, dan motivasi. Kami
para pemenang Writingthon Asian Games 2018 yang datang dari penjuru Indonesia
datang untuk mendukung target kememangan yang telah dicanangkan itu. Dalam
upaya memberikan dukungan ini berbagai usaha penuh perjuangan pun dilakukan.
Sunardi,
blogger asal Jayapura Papua ini sebenarnya baru mendapatkan informasi lomba
sehari menjelang pendaftaran ditutup. Melihat pentingnya memberikan dukungan
moral bagi para atlet, Sunardi pun berjuang sekuat tenaga untuk ikut serta
bersama dengan ribuan sahabat lainnya se-Nusantara. Ia menguatkan tekad untuk
memberikan dukungan itu dari ufuk timur Indonesia.
Berpacu
dengan waktu, sejak pagi hari itu, ia mulai mengumpulkan berbagai informasi
terkait dengan Asian Games. Jalan terbaik untuk mendapatkan informasi yang
cukup lengkap adalah dengan berselancar di dunia maya memanfaatkan mesin
pencari. Itu semua dilakukan di tengah kesibukkannya di sekolah sebagai seorang guru
dengan memanfaatkan jam-jam kosong alias saat tidak mengajar. Dari informasi
yang terkumpul ini, ia pun mulai membuat draf kasar berupa pokok-pokok pikiran
untuk kemudian dikembangkan menjadi tulisan. Menjelang tengah malam tulisan itu
pun baru selesai. Setelah mengalami pengeditan dan perbaikan di sana-sini, akhirnya tulisan siap dipublikasi menjelang dini hari di hari terakhir
pengiriman naskah. Ia bersedia berpacu dengan waktu demi memberikan dukungan
kemenangan besar bangsa ini.
Begitu
pun halnya dengan Haikal. Demam Asian Games telah menjalar ke seluruh pelosok
nusantara, tak kecuali provinsi di ujung barat Indonesia, Aceh. Mulai dari
warung kopi, kantin kampus, sampai timeline media sosial tidak pernah
sepi dari dukungan masyarakat terhadap Asian Games. Multi-event olahraga selama
ini memang identik dengan persaingan untuk membuktikan siapa yang menjadi winner
or loser. Namun ada hal yang jarang disadari, olahraga juga termasuk bahasa
universal yang dapat menyatukan masyarakat dalam suatu standar pola pikir.
Uniknya, Asian Games tidak hanya melibatkan atlet sebagai aktor utama, ada
elemen lain yang tidak bisa terpisahkan seperti: pelatih, wasit, dan yang tak
kalah penting adalah masyarakat sebagai pendukung.
Sebagai
seorang anak bangsa, Haikal merasa perlu berpartisipasi untuk menyukseskan
Asian Games 2018. Hingga akhirnya guru Bahasa Indonesia merekomendasikan untuk
mengikuti kompetisi Writingthon Asian Games 2018. Meski Haikal bukan seorang
penulis, namun ia tertantang untuk turut berpartisipasi dalm kompetisi
prestisius ini.
Ternyata
perjuangan itu tidak sia-sia, Haikal terpilih mewakili Aceh dalam kategori
pelajar/mahasiswa. Namun beberapa hari sebelum keberangkatan ke Jakarta, Haikal
dikabarkan bahwa harus mengikuti ujian beasiswa, yang sudah sejak lama ia inginkan.
Sempat muncul rasa ragu untuk melanjutkan ke Jakarta, tapi rasanya lucu jika ia
harus mengundurkan diri sebelum acara sama saja seperti lari sebelum berperang.
Di sini ia bertemu dengan orang-orang hebat dari penjuru nusantara yang
berkumpul dengan semangat yang sama, mendukung Asian Games 2018. Asian Games
adalah ‘kerja kolosal’ masyarakat Indonesia. Di balik kemegahan
penyelenggaraannya, terselip jasa-jasa orang yang bekerja di balik layar. Salah
satunya adalah penulis yang mengedukasi masyarakat dengan setiap rangkaian
kata.
Kata marathon tidak semata-mata menggambarkan
mengenai lomba lari saja sekarang. Buktinya Bitread bekerja sama dengan Kominfo
telah mengadakan suatu bentuk marathon yang lain, marathon yang tidak perlu susah-susah berlari
jauh-jauh mengejar garis finish. Cukup duduk manis di depan pc masing-masing dan mulai mengetik. Kegiatan
ini diadakan dengan maksud untuk mendukung Asian Games yang sedang mengunjungi
Indonesia tahun ini. Sebagai warga Indonesia tentu saja bangga terhadap
kegiatan empat tahunan untuk Asia ini, atau 56 tahunan bagi Indonesia ini.
Seorang Vira putra bangsa dari Sumatra Barat merasa tidak memiliki kompetensi yang mumpuni dalam berolahraga, dalam bidang apapun. Namun, dengan adanya acara
writingthon ini ia menjadi memiliki kesempatan juga untuk
berpartisipasi. Mungkin ia tidak akan kuat jika harus berpacu lari dan
berlatih lari beratus-ratus meter seperti Lalu Muhammad Zohri, atau
sprinter muda perempuan berumur
tujuh belas tahun yang saya lupa namanya itu.
Namun dengan bantuan Kominfo dan Bitread, kini ia mampu berpacu menulis bersama dengan 67
peserta lain yang terdiri dari seluruh provinsi
di Indonesia yang saat ini sedang berkumpul bersama-sama, di satu tempat, untuk satu tujuan, dukung
bersama Indonesia. Telah beratus-ratus atau bahkan beribu-ribu kata yang telah
kami muntahkan untuk mendukung Zohri dan teman-temannya, peluh yang kami
cucurkan pun sama derasnya. Bedanya Zohri berlari di lapangan, sedang jari-jari
kami berlari di atas tuts-tuts keyboard. Semua demi satu tujuan, dukung
Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018.
Dari Jakarta tentu tak mau ketinggalan, Damar Aisyah adalah seorang
ibu rumah tangga dengan semangat mendukung Asian Games yang tak dapat dibendung
lagi. Ia pun mengambil bagian sebagai salah satu penulis dalam Writingthon
Asian Games 2018 bersama 33 blogger lainnya dari seluruh Indonesia.
Mereka berempat datang sebagai pemenang, tapi sesungguhnya mereka
adalah jiwa-jiwa yang paling berharap atas kemenangan Indonesia baik sebagai
penyelenggara maupun bintang lapangan yang sesungguhnya. Karena Indonesia
adalah kita, 34 provinsi dengan segala keragamannya. Dan Asian Games 2018 adalah
energi untuk menyatukan itu semua.
0 Response to "Kami Datang untuk Mendukung Kemenangan"
Post a Comment