Refleksi Perjalanan KAMMI Daerah Papua Periode 2002-2004: Pencarian Bentuk Ideal Perjuangan



Mereka adalah para kaum muda yang kedewasaannya melampaui usianya.
Jiwanya resah menyaksikan ketidakadilan merajalela.
 Dengan berbagai upaya yang mampu digelorakan mereka terus berjuang.
Tegaknya nilai-nilai kebenaran menjadi cita-cita abadi mereka.

Dipergilirkan kepemimpinan dalam suatu organisasi dari suatu masa ke masa atau dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang lain adalah suatu sunnatullah yang tidak perlu dipungkiri. Setiap kepemimpinan dan kepengurusan membawa ciri khas yang membedakan dengan kepemimpinan atau kepengurusan di masa yang lain. Ciri khas itu bila kita tilik dan kaji akan mampu memberikan pelajaran berharga bagi perjalanan dan perkembangan sebuah organisasi.

Ada beberapa fungsi atau keuntungan yang bisa kita raih dari mempelajari kepengurusan terdahulu. Pertama, fungsi dokumentatif. Mempelajari dan menuliskan kepengurusan periode tertentu akan menjadi bahan dokumentasi bagi perjalanan kepengurusan. Ia akan bisa memberikan gambaran bagaimana dinamika kepengurusan berlangsung. Fungsi dokumentatif ini akan bisa menjadi bahan mentah bagi pengkajian mendalam terhadap berbagai keperluan lebih jauh. Kedua, fungsi reflektif bagi duplikasi dan peningkatan nilai-nilai kebaikan. Dengan membaca perjalanan kepengurusan yang telah berlalu,  kita akan terus tersambungkan dalam mata rantai roda gerakan yang tiada terputus. Mempelajari kepengurusan terdahulu, akan menyambungkan kepengurusan berikutnya dangan pendahulunya secara ideologis, psikologis dan juga politis sehingga akan berada pada frekuensi gelombang  perjuangan yang sama meski dengan persoalan yang berbeda. Ketiga, fungsi evaluatif bagi perbaikan pergerakan. Kita bisa menakar sejauh mana kepengurusan itu berjalan sesuai dengan akar gerakan yang telah ditancapkan oleh para pendirinya. Apakah ia masih berada pada rel yang benar ataukah telah melenceng jauh.

Tulisan bagian ini memanglah masih jauh dari upaya memenuhi kehausan ilmiah kita terhadap ketiga fungsi di atas. Barangkali ditinjau dari ketiga fungsi yang disebutkan, tulisan bagian ini hanya bisa memenuhi sebagian dari fungsi pertama di atas. Masih diperlukan data dan fakta lebih mendalam untuk bisa menangkap bagaimana perjalanan sebuah kepengurusan periode tertentu.

Berangkat dari kenyataan ini, dengan berbagai keterbatasan penulis mencoba untuk menghadirkan ulasan singkat bagaimana perjalanan KAMMI Daerah Papua pada periode kepengurusan 2002-2004, di bawah komando akh Baco Maiwa. Semoga tulisan bagian ini bisa menjadi bahan dasar bagi penulisan dan pengkajian lebih jauh lagi.

KAMMI Daerah Papua di bawah kepemimpinan Al-Akh Baco Maiwa ini adalah merupakan periode kedua (2002-2004). Telah berjalan sebelumnya periode pertama KAMMI Daerah Papua di bawah kepemimpinan Al-Akh Gendro Mulyono (2001-2002). Kedua periode ini memiliki ciri yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi internal dan eksternal KAMMI ketika itu. Pada fase al Akh Gendro Mulyono merupakan fase persiapan kemunculan KAMMI dan sekaligus launching KAMMI ke publik Papua. Kepengurusan akh Gendro Mulyono saat itu baru sebatas karateker, dengan tugas utama mempersiapkan kepengurusan KAMMI Daerah Papua yang definitif yang akan siap menerjemahkan gagasan dan ide besar para founding fathers and mathers KAMMI di Malang pada 29 Maret 1998. Berbagai koordinasi dan pertemuan intensif dilakukan setiap pekannya oleh akh Gendro dan sejumlah aktivis dakwah, sebagai upaya mempersiapkan berbagai perangkat yang diperlukan bagi organisasi yang akan dibentuk agar bisa bekerja. Koordinasi ke pengurus pusat dan mengorganisir para aktivis dakwah lokal menjadi kegiatan harian. Periode persiapan ini berlangsung selama lebih dari sebulan. Sebagai akhir dari periode persiapan ini, KAMMI mampu dilaunching ke publik Papua pada 5 Januari 2001. Pada periode akh Gendro ini banyak dilakukan pembenahan secara internal, sementara ekspansi eksternal belum sama sekali dilakukan. Kader-kader yang mampu direkrut melalui tiga kali DM I adalah kader-kader yang sebagian besarnya adalah mereka yang telah intens dengan aktivitas dakwah kampus. Hal ini tentu saja ditujukan untuk memuluskan perjalanan KAMMI selanjutnya. Dari kepengurusan akh Gendro ini, Kita mencatat dua keberhasilan yang diraih, yakni telah mampu membawa KAMMI Daerah Papua melalui fase launching ke publik dan sekaligus melakukan internal networking. Walaupun hal yang disebut terakhir ini belumlah maksimal karena terbatasnya SDM.

Periode al-Akh Baco Maiwa adalah periode peningkatan prestasi yang telah diraih oleh al-Akh Gendro Mulyono. Upaya-upaya pembenahan internal yang telah dilakukan pendahulunya terus ditingkatkan. Bahkan pada periode ini sudah dimulai proses pencarian bentuk perjuangan yang efektif dan ideal sesuai dengan kultur dan struktur masyarakat yang ada di Papua. Sehingga dalam periode ini upaya ekspansi eksternal sudah mulai dilakukan. Lebih jauh tentang perjalanan kepengurusan periode kedua ini, kita bisa melihatnya dari sejumlah fokus kinerja perjuangannya. Berikut adalah beberapa fokus itu.

Pertama, fokus pembangunan sistem kerja organisasi dalam dimensi struktural dan kultural. Dalam dimensi struktural, dibentuk berbagai departemen yang lebih fokus pada masing-masing bidangnya. Hal ini merupakan perbaikan dari masa kepengurusan sebelumnya yang serba miniatur. Misalnya departemen kajian strategis dan pengabdian Masyarakat, yang kala itu masih merupakan satu departemen, saat periode kepengurusan 2002-2004 telah dimekarkan menjadi dua departemen independen, yakni Departemen Kajian Strategis dan Departemen Pengabdian Masyarakat yang masing-masing diharapkan bisa lebih fokus pada kinerjanya. Selain itu, pada kepengurusan ini pula, dibentuklah Lembaga Semi Otonom (LSO) Seruni sebagai tanggapan rekomendasi Muktamar III KAMMI di Lampung.

Dalam dimensi kultural, dicoba dibangun kepengurusan KAMMI Daerah yang memiliki budaya kerja profesional, dan berfokus pada tujuan dan agenda yang disepakati bersama. Dibangun dinamika organisasi. Agenda-agenda rutin organisasi dibuatkan skedule dan alur kerja yang jelas. Dibangun satu visi bersama untuk menyukseskan berbagai agenda yang telah disepakati. Tentu saja meski sebaik apa pun perencanaan, pengorganisasian, hingga pemantauan yang dilaksanakan tetap saja terjadi naik-turunnya gelombang sebuah pergerakan. Tanpa disadari, penyakit klasik berupa futur kadang hinggap pada para pengurusnya. Hal ini terutama muncul di saat-saat terakhir periode kepengurusan, ditandai dengan semakin disibukkannya para pengurus pada agenda penyelesaian studi di kampus. Hal ini disebabkan, karena rata-rata dari pengurus inti KAMDA tengah berada pada semester akhir di kampus.

Kedua, fokus optimalisasi kaderisasi dan peningkatan kualitas kader. Kehadiran KAMMI yang masih baru di Papua dinilai memberi angin segar bagi pergerakan berlevel kemahasiswaan. Dengan tampilan para kadernya yang menyejukkan mampu menggaet banyak mahasiswa untuk bergabung di dalamnya. Hal ini dutunjukkan dengan kesuksesan pengurus dalam merekrut kader baru. Daurah Marhalah I yang menjadi pintu gerbang seorang mahasiswa untuk menjadi anggota organisasi dinilai sukses oleh banyak kalangan. Sekedar menunjukkan angka, di saat DM IV yang menjadi gawean pertama kaderisasi periode ini diikuti oleh 62 peserta. Saat bersamaan, organisasi kemahasiswaan Islam yang telah lama eksis malah hanya mampu menggaet kurang dari 10 orang peserta dalam training serupa. Meskipun dalam dua DM selanjutnya angka pesertanya mengalami penurunan, tapi dengan menggunakan metode pembanding gerakan yang lain, DM KAMMI terbilang selalu berada di atas.

Dalam upaya peningkatan kualitas kader, Departemen Kaderisasi telah menyiapkan berbagai program. Kajian pekanan perkelompok (KAMMI Intensif Study = KIS), kajian bulanan, dan sejumlah daurah (pelatihan) yang diselenggarakan tidak pernah sepi peserta. Untuk tujuan yang sama terutama dalam rangka mengasah daya kritis para kader, Departemen Kajian Strategis mengintensifkan kegiatan diskusi ilmiah (debat mahasiswa). Bahkan Debat Mahasiswa yang digelar secara terbuka mendapat sambutan luas. Cenderawasih Pos sebagai harian terbesar di Papua bersedia menjadi salah satu sponsor. RRI Nusantara V Jayapura pun menyiarkan secara khusus jalannya kegiatan debat mahasiswa ini secara off air.

Untuk tujuan peningkatan kualitas kader ini pulalah, Departemen Kajian Strategis memiliki program penerbitan buletin Asy-Syabab yang awalnya memiliki periode terbit setiap bulannya kemudian bisa terbit setiap dua pekanan. KAMDA pun telah membuka Biro Perpustakaan. koleksi buku yang dimiliki cukup beragam, meski masih tetap dirasa kurang.

Ketiga, fokus posisioning strategis. Kehadiran KAMMI di Timur Indonesia ini mampu mencengangkan banyak pihak. Sebagai sebuah gerakan yang masih balita KAMMI Daerah Papua mengusung sebuah pola perjuangan yang bisa dikatakan baru di tengah-tengah masyarakat Papua. Gerakan perlawanan terhadap kebijakkan-kebijakkan penguasa yang tidak populis dan tidak berpihak pada rakyat berusaha digencarkan. Hal ini tentu saja meningkatkan daya tawar KAMMI di hadapan publik. KAMMI yang masih belia itu mampu mengambil peran strategis yakni menjadi agen terdepan dalam menyuarakan hati nurani masyarakatnya.

Dalam 2 tahun usianya, tepatnya pada 13 Januari 2003 KAMMI Daerah Papua telah berani menggelar demo perdananya, menentang kenaikan Bahan Bakar Motor (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL). Aksi ini bertujuan untuk mengkritisi kebijakkan pemerintah yang tengah dililit krisis keuangan dan krisis moneter yang berimbas pada krisis multidimensional. Pemerintah lebih memilih menyelamatkan keuangan negara dengan membebankannya pada masyarakat. KAMMI menilai kebijakkan itu lebih menguntungkan para konglomerat bermasalah yang saat itu lebih dikenal dengan sebutan konglomerat hitam. Padahal tangan-tangan kotor merekalah yang justru menjadi penyebab krisis ini. KAMMI berusaha menghentikan kebijakkan yang tidak populis ini.

Aksi damai yang digelar di DPRD Provinsi Papua ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan anggota dewan saat itu. Media massa pun memblow up pemberitaannya. Bukan hanya media lokal, televisi-televisi nasional pun tidak ketinggalan memberitakan perjuangan aktivis mahasiswa di Papua ini. Sungguh mencengangkan, para mahasiswa yang merupakan aktivis masjid ini tiba-tiba mampu bersuara lantang ke publik. Aksi ini tentu saja ini diharapkan bisa membuka telinga dan mata hati pemerintah, bahwa penolakkan itu tidak hanya ada pada masyarakat di Indonesia bagian Barat. Indonesia Timur pun menjeritkan suara hati yang sama, menolak kebijakan yang menohok rasa keadilan. Kalau selama ini ada kebijakkan yang tidak adil, masyarakat Papua cenderung diam bukan berarti mereka menerimanya. Hanya saja selama ini belum ada organisasi yang bersedia menyuarakannya. Dan, KAMMI Daerah Papua adalah pionernya.

Dalam periode kepengurusan ini, aksi serupa digelar sebanyak tiga kali. Aksi demo kelangkaan minyak tanah ke DPRD Papua (17-6-2003) digelar bersama Gerakan Mahasiswa Peduli Rakyat (Gemapera), aksi pembelaan ketidakadilan pada kasus pemindahan Pasar Abepura ke Kantor Walikota Jayapura (2003) bersama warga pasar Abepura, dan aksi penentangan politisi busuk (27-02-2004) digelar melibatkan elemen mahasiswa yang lebih luas.

Keempat, fokus pengabdian masyarakat. Sebagai sebuah gerakan yang tidak ingin terpisah dari masyarakatnya, maka salah satu program yang dimiliki ialah pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat. Hanya saja disadari bahwa aksi pengabdian dan pelayanan masyarakat pada periode ini masih dirasa kurang. Beberapa aksi pengabdian pada masyarakat yang sempat dilaksanakan seperti Aksi Ramadhan. Aksi Ramadhan ini sempat digelar bekerja sama dengan Remaja Masjid At-Taqwa (Rismat) Hamadi. Sejumlah kegiatan yang melibatkan elemen remaja dan masyarakat pun dilaksanakan dalam aksi Ramadhan ini, seperti bakti sosial, diskusi pemuda, pesantren kilat remaja dan seminar zakat. Aksi Ramadhan ini mendapatkan pemberitaan yang luas oleh Cenderawasih Pos, karena posisi Cenderawasih Pos yang saat itu menjadi sponsor kegiatan. Pada saat terjadi gempa Nabire, Februari 2004, KAMMI pun menggelar aksi penggalangan dana dengan menurunkan kader-kadernya di jalan-jalan protokol Jayapura.

Kelima, fase pembangunan network yang lebih luas. Di masa akhir kepengurusan, KAMMI Daerah Papua aktif melakukan silaturahim ke tokoh-tokoh publik lintas gerakan, lintas ormas dan lintas partai di Papua. Hal ini selain ditujukan untuk meluaskan jaringan dan jangkauan KAMMI Daerah Papua sekaligus pula untuk menghilangkan sekat-sekat golongan yang selama ini kental di tataran keumatan. Meskipun upaya ini kemudian terhenti, karena telah dekatnya masa akhir kepengurusan periode ini.

Pembangunan network yang lebih luas ini juga terlihat dari kemampuan KAMMI Daerah Papua untuk melibatkan sejumlah pergerakan dalam aksi penentangan politis busuk. KAMMI sebagai inisiatornya mampu menggandeng organisasi kemahasiswaan lainnya, seperti HMI MPO, IMM dan GMKI. Aksi yang dilakukan pada 25 Februari 2004 ini diikuti oleh lebih dari seratus mahasiswa.  

Demikianlah sekelumit perjalanan dinamika pergerakan KAMMI Daerah Papua pada masa kepengurusan periode 2002-2004. Semoga ia bisa menjadi dokumentasi kecil dari perjalanan KAMMI Daerah Papua saat dipengang oleh sekelompok pemuda yang jiwanya terus bergelora untuk memberikan karya yang terbaik yang ia bisa.

Mereka adalah para kaum muda yang kedewasaannya melampaui usianya. Jiwanya resah menyaksikan ketidakadilan merajalela. Dengan berbagai upaya yang mampu digelorakan mereka terus berjuang. Tegaknya nilai-nilai kebenaran menjadi cita-cita abadi mereka. Satu hal yang mereka harapkan ialah kesuksesan mereka bisa menjadi inspirasi bagi para generasi pelanjut. Ada pun terhadap kekurangan yang ada pada mereka diharapkan bisa diperbaiki oleh para penerus. Dan, yang pasti selama hayat di kandung badan, tetaplah bergabung dalam pergerakan dakwah di mana pun diri kalian berada. Jadilah antum ruhun jadidah tasri fi jasadil ummah. Yang akan terus berada di tengah-tengah masyarakat, melakukan pembelaan terhadap mereka, bekerja untuk dan bersama-sama mereka. Amin. (nardi)

Jayapura, 10-11-2008

*)Tulisan ini diterbitkan dalam bentuk buku oleh seseorang, namun namaku tidak ada di bagian penulis.











0 Response to "Refleksi Perjalanan KAMMI Daerah Papua Periode 2002-2004: Pencarian Bentuk Ideal Perjuangan"

Post a Comment