Mereka adalah para kaum muda yang
kedewasaannya melampaui usianya.
Jiwanya resah menyaksikan ketidakadilan
merajalela.
Dengan berbagai upaya yang mampu digelorakan
mereka terus berjuang.
Tegaknya nilai-nilai kebenaran menjadi
cita-cita abadi mereka.
Dipergilirkan kepemimpinan dalam
suatu organisasi dari suatu masa ke masa atau dari suatu kurun waktu ke kurun
waktu yang lain adalah suatu sunnatullah yang tidak perlu dipungkiri. Setiap
kepemimpinan dan kepengurusan membawa ciri khas yang membedakan dengan
kepemimpinan atau kepengurusan di masa yang lain. Ciri khas itu bila kita tilik
dan kaji akan mampu memberikan pelajaran berharga bagi perjalanan dan
perkembangan sebuah organisasi.
Ada beberapa fungsi atau keuntungan
yang bisa kita raih dari mempelajari kepengurusan terdahulu. Pertama, fungsi dokumentatif. Mempelajari dan
menuliskan kepengurusan periode tertentu akan menjadi bahan dokumentasi bagi
perjalanan kepengurusan. Ia akan bisa memberikan gambaran bagaimana dinamika
kepengurusan berlangsung. Fungsi dokumentatif ini akan bisa menjadi bahan
mentah bagi pengkajian mendalam terhadap berbagai keperluan lebih jauh. Kedua, fungsi reflektif bagi duplikasi dan peningkatan
nilai-nilai kebaikan. Dengan membaca perjalanan kepengurusan yang telah
berlalu, kita akan terus tersambungkan
dalam mata rantai roda gerakan yang tiada terputus. Mempelajari kepengurusan
terdahulu, akan menyambungkan kepengurusan berikutnya dangan pendahulunya
secara ideologis, psikologis dan juga politis sehingga akan berada pada
frekuensi gelombang perjuangan yang sama
meski dengan persoalan yang berbeda. Ketiga, fungsi evaluatif bagi perbaikan pergerakan. Kita bisa menakar
sejauh mana kepengurusan itu berjalan sesuai dengan akar gerakan yang telah
ditancapkan oleh para pendirinya. Apakah ia masih berada pada rel yang benar
ataukah telah melenceng jauh.
Tulisan bagian ini memanglah masih
jauh dari upaya memenuhi kehausan ilmiah kita terhadap ketiga fungsi di atas. Barangkali
ditinjau dari ketiga fungsi yang disebutkan, tulisan bagian ini hanya bisa
memenuhi sebagian dari fungsi pertama di atas. Masih diperlukan data dan fakta
lebih mendalam untuk bisa menangkap bagaimana perjalanan sebuah kepengurusan
periode tertentu.
Berangkat dari kenyataan ini, dengan
berbagai keterbatasan penulis mencoba untuk menghadirkan ulasan singkat bagaimana
perjalanan KAMMI Daerah Papua pada periode kepengurusan 2002-2004, di bawah
komando akh Baco Maiwa. Semoga
tulisan bagian ini bisa menjadi bahan dasar bagi penulisan dan pengkajian lebih
jauh lagi.
KAMMI Daerah Papua di bawah
kepemimpinan Al-Akh Baco Maiwa ini adalah merupakan periode kedua (2002-2004).
Telah berjalan sebelumnya periode pertama KAMMI Daerah Papua di bawah
kepemimpinan Al-Akh Gendro Mulyono (2001-2002). Kedua periode ini memiliki ciri
yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi internal dan eksternal KAMMI
ketika itu. Pada fase al Akh Gendro Mulyono merupakan fase persiapan kemunculan
KAMMI dan sekaligus launching KAMMI ke publik Papua. Kepengurusan akh Gendro
Mulyono saat itu baru sebatas karateker, dengan tugas utama mempersiapkan
kepengurusan KAMMI Daerah Papua yang definitif yang akan siap menerjemahkan
gagasan dan ide besar para founding
fathers and mathers KAMMI di Malang pada 29 Maret 1998. Berbagai koordinasi
dan pertemuan intensif dilakukan setiap pekannya oleh akh Gendro dan sejumlah
aktivis dakwah, sebagai upaya mempersiapkan berbagai perangkat yang diperlukan
bagi organisasi yang akan dibentuk agar bisa bekerja. Koordinasi ke pengurus
pusat dan mengorganisir para aktivis dakwah lokal menjadi kegiatan harian.
Periode persiapan ini berlangsung selama lebih dari sebulan. Sebagai akhir dari
periode persiapan ini, KAMMI mampu dilaunching ke publik Papua pada 5 Januari
2001. Pada periode akh Gendro ini banyak dilakukan pembenahan secara internal,
sementara ekspansi eksternal belum sama sekali dilakukan. Kader-kader yang
mampu direkrut melalui tiga kali DM I adalah kader-kader yang sebagian besarnya
adalah mereka yang telah intens dengan aktivitas dakwah kampus. Hal ini tentu
saja ditujukan untuk memuluskan perjalanan KAMMI selanjutnya. Dari kepengurusan
akh Gendro ini, Kita mencatat dua keberhasilan yang diraih, yakni telah mampu
membawa KAMMI Daerah Papua melalui fase launching ke publik dan sekaligus
melakukan internal networking. Walaupun hal yang disebut terakhir ini belumlah
maksimal karena terbatasnya SDM.
Periode al-Akh Baco Maiwa
adalah periode peningkatan prestasi yang telah diraih oleh al-Akh Gendro Mulyono.
Upaya-upaya pembenahan internal yang telah dilakukan pendahulunya terus
ditingkatkan. Bahkan pada periode ini sudah dimulai proses pencarian bentuk
perjuangan yang efektif dan ideal sesuai dengan kultur dan struktur masyarakat
yang ada di Papua. Sehingga dalam periode ini upaya ekspansi eksternal sudah
mulai dilakukan. Lebih jauh tentang perjalanan kepengurusan periode kedua ini,
kita bisa melihatnya dari sejumlah fokus kinerja perjuangannya. Berikut adalah
beberapa fokus itu.
Pertama, fokus pembangunan sistem kerja organisasi dalam dimensi struktural
dan kultural. Dalam dimensi struktural, dibentuk berbagai departemen yang lebih
fokus pada masing-masing bidangnya. Hal ini merupakan perbaikan dari masa
kepengurusan sebelumnya yang serba miniatur. Misalnya departemen kajian
strategis dan pengabdian Masyarakat, yang kala itu masih merupakan satu
departemen, saat periode kepengurusan 2002-2004 telah dimekarkan menjadi dua departemen
independen, yakni Departemen Kajian Strategis dan Departemen Pengabdian
Masyarakat yang masing-masing diharapkan bisa lebih fokus pada kinerjanya. Selain
itu, pada kepengurusan ini pula, dibentuklah Lembaga Semi Otonom (LSO) Seruni
sebagai tanggapan rekomendasi Muktamar III KAMMI di Lampung.
Dalam dimensi kultural, dicoba
dibangun kepengurusan KAMMI Daerah yang memiliki budaya kerja profesional, dan
berfokus pada tujuan dan agenda yang disepakati bersama. Dibangun dinamika
organisasi. Agenda-agenda rutin organisasi dibuatkan skedule dan alur kerja
yang jelas. Dibangun satu visi bersama untuk menyukseskan berbagai agenda yang
telah disepakati. Tentu saja meski sebaik apa pun perencanaan,
pengorganisasian, hingga pemantauan yang dilaksanakan tetap saja terjadi
naik-turunnya gelombang sebuah pergerakan. Tanpa disadari, penyakit klasik
berupa futur kadang hinggap pada para
pengurusnya. Hal ini terutama muncul di saat-saat terakhir periode
kepengurusan, ditandai dengan semakin disibukkannya para pengurus pada agenda
penyelesaian studi di kampus. Hal ini disebabkan, karena rata-rata dari
pengurus inti KAMDA tengah berada pada semester akhir di kampus.
Kedua, fokus optimalisasi kaderisasi dan peningkatan kualitas kader.
Kehadiran KAMMI yang masih baru di Papua dinilai memberi angin segar bagi
pergerakan berlevel kemahasiswaan. Dengan tampilan para kadernya yang
menyejukkan mampu menggaet banyak mahasiswa untuk bergabung di dalamnya. Hal ini
dutunjukkan dengan kesuksesan pengurus dalam merekrut kader baru. Daurah
Marhalah I yang menjadi pintu gerbang seorang mahasiswa untuk menjadi anggota
organisasi dinilai sukses oleh banyak kalangan. Sekedar menunjukkan angka, di
saat DM IV yang menjadi gawean pertama kaderisasi periode ini diikuti oleh 62
peserta. Saat bersamaan, organisasi kemahasiswaan Islam yang telah lama eksis
malah hanya mampu menggaet kurang dari 10 orang peserta dalam training serupa. Meskipun
dalam dua DM selanjutnya angka pesertanya mengalami penurunan, tapi dengan
menggunakan metode pembanding gerakan yang lain, DM KAMMI terbilang selalu
berada di atas.
Dalam upaya peningkatan
kualitas kader, Departemen Kaderisasi telah menyiapkan berbagai program. Kajian
pekanan perkelompok (KAMMI Intensif Study = KIS), kajian bulanan, dan sejumlah
daurah (pelatihan) yang diselenggarakan tidak pernah sepi peserta. Untuk tujuan
yang sama terutama dalam rangka mengasah daya kritis para kader, Departemen
Kajian Strategis mengintensifkan kegiatan diskusi ilmiah (debat mahasiswa). Bahkan
Debat Mahasiswa yang digelar secara terbuka mendapat sambutan luas.
Cenderawasih Pos sebagai harian terbesar di Papua bersedia menjadi salah satu
sponsor. RRI Nusantara V Jayapura pun menyiarkan secara khusus jalannya
kegiatan debat mahasiswa ini secara off air.
Untuk tujuan peningkatan
kualitas kader ini pulalah, Departemen Kajian Strategis memiliki program
penerbitan buletin Asy-Syabab yang awalnya memiliki periode terbit setiap
bulannya kemudian bisa terbit setiap dua pekanan. KAMDA pun telah membuka Biro
Perpustakaan. koleksi buku yang dimiliki cukup beragam, meski masih tetap
dirasa kurang.
Ketiga, fokus posisioning strategis. Kehadiran KAMMI di Timur Indonesia ini
mampu mencengangkan banyak pihak. Sebagai sebuah gerakan yang masih balita
KAMMI Daerah Papua mengusung sebuah pola perjuangan yang bisa dikatakan baru di
tengah-tengah masyarakat Papua. Gerakan perlawanan terhadap
kebijakkan-kebijakkan penguasa yang tidak populis dan tidak berpihak pada
rakyat berusaha digencarkan. Hal ini tentu saja meningkatkan daya tawar KAMMI
di hadapan publik. KAMMI yang masih belia itu mampu mengambil peran strategis
yakni menjadi agen terdepan dalam menyuarakan hati nurani masyarakatnya.
Dalam 2 tahun usianya, tepatnya
pada 13 Januari 2003 KAMMI Daerah Papua telah berani menggelar demo perdananya,
menentang kenaikan Bahan Bakar Motor (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL). Aksi
ini bertujuan untuk mengkritisi kebijakkan pemerintah yang tengah dililit
krisis keuangan dan krisis moneter yang berimbas pada krisis multidimensional.
Pemerintah lebih memilih menyelamatkan keuangan negara dengan membebankannya
pada masyarakat. KAMMI menilai kebijakkan itu lebih menguntungkan para
konglomerat bermasalah yang saat itu lebih dikenal dengan sebutan konglomerat
hitam. Padahal tangan-tangan kotor merekalah yang justru menjadi penyebab
krisis ini. KAMMI berusaha menghentikan kebijakkan yang tidak populis ini.
Aksi damai yang digelar di
DPRD Provinsi Papua ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan anggota
dewan saat itu. Media massa pun memblow up pemberitaannya. Bukan hanya media
lokal, televisi-televisi nasional pun tidak ketinggalan memberitakan perjuangan
aktivis mahasiswa di Papua ini. Sungguh mencengangkan, para mahasiswa yang merupakan
aktivis masjid ini tiba-tiba mampu bersuara lantang ke publik. Aksi ini tentu
saja ini diharapkan bisa membuka telinga dan mata hati pemerintah, bahwa
penolakkan itu tidak hanya ada pada masyarakat di Indonesia bagian Barat.
Indonesia Timur pun menjeritkan suara hati yang sama, menolak kebijakan yang
menohok rasa keadilan. Kalau selama ini ada kebijakkan yang tidak adil,
masyarakat Papua cenderung diam bukan berarti mereka menerimanya. Hanya saja
selama ini belum ada organisasi yang bersedia menyuarakannya. Dan, KAMMI Daerah
Papua adalah pionernya.
Dalam periode kepengurusan
ini, aksi serupa digelar sebanyak tiga kali. Aksi demo kelangkaan minyak tanah ke
DPRD Papua (17-6-2003) digelar bersama Gerakan Mahasiswa Peduli Rakyat
(Gemapera), aksi pembelaan ketidakadilan pada kasus pemindahan Pasar Abepura ke
Kantor Walikota Jayapura (2003) bersama warga pasar Abepura, dan aksi
penentangan politisi busuk (27-02-2004) digelar melibatkan elemen mahasiswa
yang lebih luas.
Keempat, fokus pengabdian
masyarakat. Sebagai sebuah gerakan yang tidak ingin terpisah dari
masyarakatnya, maka salah satu program yang dimiliki ialah pelayanan dan
pengabdian kepada masyarakat. Hanya saja disadari bahwa aksi pengabdian dan
pelayanan masyarakat pada periode ini masih dirasa kurang. Beberapa aksi
pengabdian pada masyarakat yang sempat dilaksanakan seperti Aksi Ramadhan. Aksi
Ramadhan ini sempat digelar bekerja sama dengan Remaja Masjid At-Taqwa (Rismat)
Hamadi. Sejumlah kegiatan yang melibatkan elemen remaja dan masyarakat pun dilaksanakan
dalam aksi Ramadhan ini, seperti bakti sosial, diskusi pemuda, pesantren kilat
remaja dan seminar zakat. Aksi Ramadhan ini mendapatkan pemberitaan yang luas
oleh Cenderawasih Pos, karena posisi Cenderawasih Pos yang saat itu menjadi
sponsor kegiatan. Pada saat terjadi gempa Nabire, Februari 2004, KAMMI pun
menggelar aksi penggalangan dana dengan menurunkan kader-kadernya di
jalan-jalan protokol Jayapura.
Kelima, fase pembangunan network yang lebih luas. Di masa akhir
kepengurusan, KAMMI Daerah Papua aktif melakukan silaturahim ke tokoh-tokoh
publik lintas gerakan, lintas ormas dan lintas partai di Papua. Hal ini selain
ditujukan untuk meluaskan jaringan dan jangkauan KAMMI Daerah Papua sekaligus
pula untuk menghilangkan sekat-sekat golongan yang selama ini kental di tataran
keumatan. Meskipun upaya ini kemudian terhenti, karena telah dekatnya masa
akhir kepengurusan periode ini.
Pembangunan network yang lebih
luas ini juga terlihat dari kemampuan KAMMI Daerah Papua untuk melibatkan
sejumlah pergerakan dalam aksi penentangan politis busuk. KAMMI sebagai
inisiatornya mampu menggandeng organisasi kemahasiswaan lainnya, seperti HMI
MPO, IMM dan GMKI. Aksi yang dilakukan pada 25 Februari 2004 ini diikuti oleh
lebih dari seratus mahasiswa.
Demikianlah sekelumit
perjalanan dinamika pergerakan KAMMI Daerah Papua pada masa kepengurusan
periode 2002-2004. Semoga ia bisa menjadi dokumentasi kecil dari perjalanan
KAMMI Daerah Papua saat dipengang oleh sekelompok pemuda yang jiwanya terus
bergelora untuk memberikan karya yang terbaik yang ia bisa.
Mereka adalah para kaum muda
yang kedewasaannya melampaui usianya. Jiwanya resah menyaksikan ketidakadilan
merajalela. Dengan berbagai upaya yang mampu digelorakan mereka terus berjuang.
Tegaknya nilai-nilai kebenaran menjadi cita-cita abadi mereka. Satu hal yang
mereka harapkan ialah kesuksesan mereka bisa menjadi inspirasi bagi para
generasi pelanjut. Ada pun terhadap kekurangan yang ada pada mereka diharapkan
bisa diperbaiki oleh para penerus. Dan, yang pasti selama hayat di kandung
badan, tetaplah bergabung dalam pergerakan dakwah di mana pun diri kalian
berada. Jadilah antum ruhun jadidah tasri
fi jasadil ummah. Yang akan terus berada di tengah-tengah masyarakat,
melakukan pembelaan terhadap mereka, bekerja untuk dan bersama-sama mereka.
Amin. (nardi)
Jayapura, 10-11-2008
*)Tulisan ini diterbitkan dalam bentuk buku oleh seseorang, namun namaku tidak ada di bagian penulis.
0 Response to "Refleksi Perjalanan KAMMI Daerah Papua Periode 2002-2004: Pencarian Bentuk Ideal Perjuangan"
Post a Comment