Jangan Lupakan Habib Muhammad Asghar di Hari Jadi Kota Jayapura




Jangan Lupakan Habib Muhammad Asghar di Hari Jadi Kota Jayapura

Oleh : Sunardi

Telah lebih satu abad usiamu kini. Telah banyak perubahan di perwajahanmu. Dari mulai gedung bertingkat memaku bumimu, mall-mall dan pusat perbelanjaan menjamur di sana-sini, pusat-pusat hiburan keluarga melepas penat berjejal di seantero bumi, hingga hotel-hotel berbintang bertaburan di segala sisi. Namun, aku takkan melupakan satu sudut kotamu.

Tempat itu sebenarnya masih berada tak jauh dari pusat keramaianmu. Tak jauh dari pusat-pusat kantor-kantor pemerintahan, pusat bisnis dan tempat-tempat hiburan keluargamu. Hanya perlu berjalan kaki beberapa menit saja untuk menuju ke sana. Sebuah tempat yang berada di Jalan Sam Ratulangi yang merupakan jalan di pusat kotamu, di belakang eks Kantor Asuransi di APO. Di sana terbaring jasad seorang ulama yang mungkin generasi yang kini mendiami tanahmu sudah tak lagi mengenali. Nama ulama itu ialah Habib Muhammad Asghar atau juga dikenal sebagai Habib Muhammad Kecil. Bagi banyak orang mungkin nama itu begitu asingnya, tak banyak didengar. Padahal ia telah menjadi bagian sejarah dari dirimu yang saat ini telah berusia lebih dari satu abad wahai kotaku, Jayapura tercinta. Biarlah sedikit coretan ini mengingatkan pendudukmu, akan nama besar yang kini menghilang seolah ditutupi.


Habib Muhammad Asghar atau Habib Muhammad Kecil adalah seorang ulama yang berasal dari Bagdad yang diutus oleh Kesultanan Turki untuk membantu dakwah pada Kesultanan Tidore. Setelah sekitar satu tahun berada di Tidore, Kesultanan Tidore meminta kesediaannya untuk menyiarkan ajaran Islam ke Jayapura, kotamu yang kini tumbuh menjadi kota maju dan modern itu.

Tercatat pada tahun 1867, beliau dan sejumlah muridnya masuk ke Jayapura. Habib Muhammad Kecil membangun madrasah dan musholla pertama di kota Jayapura sebagai pusat pengajaran Islam di ujung timur negeri. Dakwah beliau meraih kesuksesan, dengan banyaknya penduduk Papua yang memperoleh hidayah perantaraan beliau. Murid-muridnya saat itu tidak hanya dari Jayapura, bahkan juga berasal dari Sarmi dan Serui.

Demikianlah Habib Muhammad Kecil yang pantang menyerah dan tak kenal lelah dalam melaksanakan tugasnya. Aktivitas yang menguras fisik dari mulai membuka lahan yang masih terbilang hutan itu hingga mendirikan madrasah dan mushola, ia jalani tanpa keluh kesah.  Bahkan berbagai resiko pun telah siap ia tanggung demi perkembangan agama yang diyakininya.  Serangan binatang seperti babi, buaya dan ular yang bisa merenggut jiwanya, tak menyurutkan langkahnya sedikit pun. Ancaman mematikan dari penyakit khas daerah yang masih tertutup hutan dan berawa pun tak ia takutkan. Semua itu ia anggap sebagai ujian dalam berjuang. Dan benar saja, pada tahun 1908, Habib Muhammad Kecil harus menghembuskan nafas terakhirnya setelah menderita penyakit kolera (penyakit saluran pencernaan) sekitar sebulan lamanya. Jasad sucinya pun dibaringkan untuk selama-lamanya di lokasi tak jauh dari madrasah yang ia dirikan itu.

Sepeninggal Habib Muhammad Asghar dan seiring masuknya Belanda ke Jayapura pada tahun 1910, murid-murid Habib tak lagi leluasa mengembangkan dakwah. Berbagai aktivitas mereka dilarang. Bahkan, madrasah yang mereka dirikan ditutup dan dibakar.

Di tempat yang sebenarnya masih berada tak jauh dari pusat keramaian kotamu. Tak jauh dari pusat-pusat kantor-kantor pemerintahan, pusat bisnis dan tempat-tempat hiburan keluarga. Hanya perlu berjalan kaki beberapa menit saja untuk menuju ke sana. Namun, di tempat sang habib dibaringkan untuk selama-lamanya ini, bisa jadi tak lagi dikenali oleh generasi yang kini mendiami kotamu. Di tempat itu, selain makam sang habib, juga terdapat sekitar 50 makan lainnya tanpa nama, yang dipercaya sebagai keluarga dan pengikut Habib Muhammad Asghar.

Kini masyarakat memperingati tanggal yang dianggap sebagai hari lahirmu, yakni 7 Maret 1910. Tanggal itu adalah saat pertama kalinya Belanda mendirikan pos di bawah pimpinan Kapten Infantri FJP Sachse di area muara kali Numbay, sebuah kali kecil yang bermuara di Teluk Yos Sudarso. Tanggal itu juga penanda dua tahun kepergian habib pembawa cahaya Islam di kota Jayapura yang kita cintai.

Habib, meskipun engkau telah pergi, perjuanganmu tentu takkan berhenti. Biarlah kami yang menjadi pelanjut usahamu menjadikan Islam bersinar dari ujung timur negeri. Menjadikan Islam bisa terus memberi kemanfaatan dan kontribusi terbaik bagi kemajuan masyarakat di tanah ini. Aamiin.
Depok, 7 Maret 2017



6 Responses to "Jangan Lupakan Habib Muhammad Asghar di Hari Jadi Kota Jayapura"

  1. Mantap. Saya baru tahu juga. Cuma sumber sejarahnya perlu di kuatkan lagi dgn sumber2 yg lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada bbrp sumbernya..bahkan banyak fakta2 yg sdh sy kumpulkan pak, cuma masih menimbang2 efeknya jika dipublikasi, pak. kalo off line monggo kita bisa berbincang ttg itu....

      Delete
  2. Terima kasih sangat mencerahkan... perlu ditelusuri.. semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dalam meluruskan sejarah oleh mas sunardi...

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Assalamu'alaikum. Makasih buat admin yg sudah mempublikasikan sejarah yg hilang ini. Yg z mau tanyakan drmn sumbernya tanggal dan tahun lahirx. Z berharap SMG Allah mudahkan admin dlm mencari dan menelusuri sumber yg lebih kuat.mungkin berupa kitab atau lainx. Amin

    ReplyDelete