Alhamdulillah tahun ini Haniiah dan Hafizhah bisa mudik
ke Sorong, tempat ayah dan ambunya melewati masa kanak-kanak hingga remaja. Di Sorong
inilah keluarga besar ayah dan ambunya berada.
Bisa dibilang mudik tahun ini sangat spesial, karena bisa bejumpa dengan mbah buyut, mbah wedok,
mbah putri, mbah lanang, bulek dan paklek hingga adik-adik sepupu dan adik
misannya. Bahkan mbah putrinya yang sebenarnya berdomisili di Jakarta pun
berkesempatan mudik ke Sorong. Walhasil, hampir lengkap semua keluarga
berkumpul di Sorong, terutama dari pihak ayah. Hanya dari pihak ambu, ada
beberapa anggota keluarga dari pihak ambu yang tak bisa mudik tahun ini. Satu
bulek di Jayapura, dan beberapa anggota keluarga di Surabaya dan Jogjakarta.
Alhamdulillah, sebuah kesempatan emas bahwa dalam mudik
kali ini, Haniiah dan Hafizhah sempat mendampingi dan menghantarkan mbah buyut
perempuan dari pihak ambunya ke peristirahatan terakhirnya. Mbah buyut
perempuannya yang memang sudah beberapa tahun dalam keadaan sakit ini kembali
ke haribaan-Nya di hari keempat Idul Fitri yang lalu. Haniiah dan Hafizhah
masih sempat bersua, menghantarkan ke rumah sakit, dan melepasnya untuk terakhir
kali menuju alam keabadian. Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fu’anha.
Aamiin... Mbah buyut yang lain meski sudah pada tua, moga tetap sehat ya....Aamiin...
Baiklah, selanjutnya mari kita bahas posisi Haniiah dan
Hafizhah yang unik dalam keluarga besarnya. Ayahnya, ambunya, nenek dari pihak
ayahnya, nenek dari pihak ambunya, masing-masing adalah anak sulung. Dalam
tradisi Jawa, garis keturunan Haniiah dan Hafizhah yang seperti ini menjadikan Haniiah
dan Hafizhah termasuk yang dituakan untuk posisi satu generasinya. Sehingga,
Haniiah dan Hafizhah dipanggil kakak oleh semua adik sepupu dan adik misannya.
Meski di antara adik sepupu dan adik misan Haniiah ada yang lebih tua seperti
Quensa dan Eva. Demikian juga Hafizhah sebenarnya adalah yang termuda usianya
dibanding semua adik sepupu dan adik misannya. Sehingga Hafizhah sering dipanggil
dengan sapaan ‘kakak kecil’. Hehehe...
Tempat ayah dan ambunya kecil dan dibesarkan ini, meskipun
sudah lama berstatus kelurahan, nuansa kampung masih dapat dijumpai pada
kehidupan masyarakatnya. Haniiah pun bisa melakukan permainan dan kegiatan ala
anak kampung nan kreatif dan inovatif. Ia sempat bermain jual-jualan dengan
memetik langsung dedaunan dari pekarangan rumah neneknya, bermain perahu dari
sabut kelapa, permainan dari bahan janur (burung-burungan, keris-kerisan, ulat-ulatan,
bunga-bungaan, uang-uangan...), menangkap belalang, dan bahkan bermain
layang-layang. Ia pun sempat ikut kegiatan mengumpulkan kerang, memancing ikan
di bendungan, dan memberi pakan ternak. Wah, senangnya...
Namun tetap saja ia bisa memainkan permainan ala anak
kota, seperti bermain game di tablet, bermain laptop, menonton cartoon,
mengunjungi taman-taman kota, dan tempat-tempat rekreasi kota.
Semua kegiatan dan permainan itu dilakukan dengan nuansa
kebersamaan dengan adik-adiknya. Tentu kegiatan-kegiatan ini bisa menambah
keakraban, mempererat hubungan persaudaraan Haniiah dan Hafizhah bersama
saudara-saudaranya yang terpisah jarak sejauh 1067 km jika menggunakan jalur
udara, dan 1191 km jika menggunakan jalur laut itu. Jayapura berada di ujung timur
pulau Papua yang masuk dalam wilayah Indonesia, sementara Sorong di ujung baratnya.
Nuansa kebersamaan itu pun terbawa dalam aktivitas
ibadah. Haniiah menjadi lebih bersemangat untuk berpuasa karena saudara-saudara
seusianya juga melakukannya. Demikian juga dengan shalat yang dilakukan
bersama-sama. Dalam hal mengaji, dua adiknya yang usianya sudah lebih tua dari
Haniiah kini sudah melewati jilid 6 buku Iqro’nya dan sudah berada di jilid
al-Qur’an. Pencapaian dua adiknya itu bisa membakar semangat Haniiah untuk
lebih giat lagi dalam mengaji. Sementara itu, Haniiah yang sudah dibiasakan
mengenakan hijab sejak dini, dan adab-adab Islami lainnya seperti makan dan
minum dengan tangan kanan dan sambil duduk, pun juga mulai berimbas ke
adik-adiknya. Bukankah itu adalah cara dakwah ala anak-anak kita yang bil
hikmah wal mauidhotil hasanah...dengan penuh hikmah dan pelajaran yang baik..
Alhamdulillah tahun ini Haniiah dan Hafizhah bisa pulang
mudik ke Sorong, tempat ayah dan ambunya melewati masa kanak-kanak hingga
remaja. Di Sorong inilah keluarga besar ayah dan ambunya berada. Dan, di Sorong
inilah Haniiah dan Hafizhah bisa saling mengenal bersama saudara-saudaranya...bisa
saling menumbuhkan ikatan kasih sayang...bisa saling belajar dari kehidupan
masing-masing...dan bisa saling menguatkan pada nilai-nilai kebaikan.
Semoga kebersamaan ini bisa terus terjalin hingga ke anak
cucu...hingga ke Jannah-Nya kelak. Aamiin.
0 Response to "Keseruan Aktivitas Mudik Haniiah dan Hafizhah"
Post a Comment