Gegap gempita itu memang nun jauh di sana. Terbentang jarak ribuan kilometer dari tempat kami berada. Namun, gelaran
akbar itu, tak hendak dihelat tanpa kami mewarnainya. Di sana, ada simbol kami tersematkan.
Di sana, ada kisah sukses kami yang kami titipkan. Di sana, kami harapkan kan menjadi
kisah terindah bagi kami di ujung timur negeri ini.
Gelaran pesta
olahraga terbesar
se-Asia itu akan dihelat di Jakarta dan Palembang,
ditambah Lampung, Jawa Barat dan Banten sebagai tuan rumah pendukung pada 18 Agustus
– 2 September 2018. Dari kelimanya, tempat yang terdekat
adalah Jakarta yang berjarak 3.777 km dari tempat kami
berada di Jayapura. Sementara yang terjauh adalah Palembang, terbentang pada jarak 3.995
km dari sini. Jika menggunakan perjalanan udara, kami
butuh waktu sekitar 5 hingga 7 jam penerbangan untuk ke Jakarta saja. Namun,
jika menggunakan perjalanan laut, waktu sepekan akan habis di perjalanan.
Betapa jauhnya tempat itu berada. Sejumlah
pertanyaan pun menyeruak, mengisi ruang pikir. Akankah gegap gempita itu
menyapa kami di tempat matahari paling awal menyapa negeri ini? Adakah manfaat atau
keuntungan yang masyarakat Papua dapat rasakan atas penyelenggaraannya?
Marilah satu demi satu pertanyaan itu
akan kita urai dan kita jawab.
Ternyata, gelaran berjuluk Asian Games
2018 itu bukan hanya menyapa kami, bahkan menginginkan agar kami hadir di
setiap ‘deru nafasnya’. Kami hadir lewat simbol kebanggaan kami: burung
cenderawasih yang disulap menjadi salah satu maskot penyelenggaraannya. Dengan nama Bhin
Bhin, maskot ini dianggap sebagai representasi ‘strategi’ dalam kompetisi.
Strategi merupakan aspek penting dalam sebuah kompetisi. Strategi merupakan pendekatan
yang menyeluruh dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan dengan tepat. Dengan
strategi yang tepat, terukur dan akurat, sebuah impian untuk memenangkan sebuah
kompetisi pun tiada mustahil akan bisa diraih.
Tidak hanya sampai di sini. Dalam ajang
yang akan mempertandingkan 40 cabang olahraga dan sekitar 490 nomor perlombaan, ‘burung surga’ (paradise
bird) itu digambarkan mengenakan rompi dengan motif dari salah satu suku
besar kami: Asmat. Motif Asmat adalah motif tertua di Papua. Melalui simbol-simbol
itu, masyarakat Asmat ingin bertutur tentang kehidupan keluarga dan bermasyarakat.
Pemakaian motif ini seolah ingin mengambarkan bahwa Asian Games 2018 ini
merupakan contoh miniatur kehidupan keseharian seseorang, baik secara individu maupun
bermasyarakat. Meskipun dalam nuansa kompetisi, para atlet, official, dan
pendukung dari masing-masing negara tetap merupakan komunitas besar masyarakat
yang akan saling berinteraksi, saling berbagi, bertukar pengalaman, dan bahkan
saling mempengaruhi sebagaimana sebuah kehidupan pada suku besar di ujung timur
Indonesia itu: Asmat.
Selain itu, meski berada jauh di sana,
ternyata atmosfer pesta olahraga yang akan diikuti oleh 45 negara itu pun terasa
hingga ke ujung timur negeri. Beberapa bulan ini, spanduk dukungan dan ucapan
selamat dan sukses penyelenggaraannya mewarnai sudut-sudut ibukota provinsi dan
ibukota kabupaten di Papua. Bahkan, kini masyarakat mulai terbiasa mendengarkan
‘Meraih Bintang’ dari Via Vallen dan sejumlah lagu resmi (official theme song)
Asian Games 2018 lainnya sejak
diluncurkan beberapa hari lalu. Tentu ini akan menyemarakkan ruang publik
dengan lagu yang penuh optimisme, semangat dan cita-cita itu. Bukankah, bangkitnya
sebuah optimisme merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
produktivitas dan kemajuan suatu bangsa.
Optimisme di masyarakat itu bisa
dikatakan sebagai manfaat pertama dari gelaran olahraga terakbar se-Asia
ini bagi masyarakat Papua, tak terkecuali juga bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia lainnya.
Kedua, menggairahkan
kegiatan ekonomi masyarakat Papua. Pelaksanaan Asian Games 2018 membuka
peluang usaha bagi pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Papua. Mereka
dapat meraup keuntungan dari usaha musiman dengan mendatangkan dan menjual
pernak-pernik Asian Games, seperti pakaian, topi, dan stiker. Tempat-tempat
percetakan pun mulai mengalami kenaikan jumlah orderan. Tentu, ini akan
mendorong para desainer untuk menghasilkan kreasi terbaiknya agar bisa
dipadukan dengan tema besar Asian Games.
Ketiga, memupuk
jiwa nasionalisme masyarakat papua. Dalam ajang Asian Games ke-18 ini, terdapat
27 atlet plus seorang pelatih dari Papua akan bersama-sama dengan sekitar 800
atlet lainnya dari seluruh Indonesia berlaga
‘hidup mati’ membela merah putih. Tak ada lagi kesukuan yang ditonjolkan, yang
ada adalah jiwa nasionalisme untuk berjuang bersama menjadikan Indonesia Raya berkumandang di pesta akbar
ini. Dalam bidang lain, mungkin, relatif sulit untuk menunjukkan bagaimana
nasionalisme masyarakat Papua yang demikian tinggi. Namun melalui olahraga ini,
hal itu akan tampak nyata.
Keempat, Atlet Papua
meniti sukses via Asian Games 2018 ini. Melalui ajang Asiang Games 2018, ke-27
atlet asal Papua itu akan berjuang menyusul kesuksesan sejumlah senior mereka
di ajang sejenis. Ternyata, tidak sedikit atlet Papua yang prestasinya telah
mendunia. Sebut saja di antaranya ialah Lisa Rumbewas. Lisa adalah atlet angkat
berat yang menyumbangkan medali perunggu di Asian Games 2002 Busan. Bahkan
selanjutnya, Lisa semakin bersinar dengan mencatatkan namanya tiga kali meraih
medali perak dalam ajang Olympiade: Sydney 2002,
Athena 2004 dan Beijing 2008.
Nama
selanjutnya ialah Nitya Krishinda Maheswari Korwa. Pebulu tangkis andalan Indonesia ini ternyata berdarah Papua.
Ayahnya yang bernama Panus Korwa adalah orang asli Papua. Wajah Nitya yang
sering mondar-mandir di televisi sudah tak asing lagi bagi kita. Ia yang turun
dalam ganda putri berpasangan dengan Greysia Polii meraih medali emas dalam Asian Games 2014 di Inchion dan banyak medali lainnya
di berbagai kejuaraan.
Masih
banyak nama-nama atlet Papua lainnya yang bersinar di ajang Asia Tenggara, Asia
dan bahkan dunia. Beberapa nama itu seperti Boaz Solossa, Benny Maniani, Levi Rumbewas, Ismail Sroyer, Dominggus
Sarwa, Jacklin Ibo, Maryam Daimoi, dan Franklin Burumi.
Kelima, sukses Asian Games
2018 adalah sukses bagi Papua. Apa sebab? Karena Papua untuk pertama
kalinya akan menggelar even olahraga tingkat nasional yakni Pekan Olahraga
Nasional (PON) XX pada 2020 mendatang. Untuk menyiapkan infrastuktur
PON 2020, Papua telah melakukan langkah-langkah strategis. Saat ini, Papua sedang
membangun berbagai venue yang akan digunakan. Untuk menghemat anggaran, peralatan
untuk setiap venue itu akan diperoleh, salah satunya, dengan memanfaatkan peralatan
dari Asian Games 2018 ini.
Melihat kenyataan di atas, sudah
selayaknya masyarakat Papua dan Indonesia
bangga akan penyelenggaraan Asian Games 2018
ini. Sukses Asian Games 2018 kan
menyimpan kisah terindah bagi Papua. Kisah akan munculnya optimisme, gairahnya
iklim ekonomi, terpupuknya jiwa nasionalisme, semakin banyak atlet Papua
berprestasi, dan sekaligus adalah kisah indah bagi pelaksanaan PON 2020 di
Papua mendatang.
Akhirnya, “Ayo dukung bersama penyelenggaraan Asian Games 2018!”
Muantap
ReplyDeleteMakasih
DeleteDari timur ke barat
ReplyDeleteIndonesia hebat
Insya Allah. Makasih
DeleteMasyaAllah...👍👍
ReplyDeleteMakasih sdh meninggalkan komentar
DeleteKeren
ReplyDeleteJazakallah
DeletePapua bisa!
ReplyDeleteYes Papua bisa. Makasih
DeleteMasyaAllah...👍👍👍
ReplyDeletemakasih pak Imam
ReplyDeleteTerimakasih infonya https://bit.ly/2NjQtoh
ReplyDelete